AktualTimes.com, Peristiwa – Ditengah wacana Pemerintah mengonversi kompor elpiji ke listrik, sejumlah warga dusun Talangagung kasih, Desa Talangagung, kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, telah menggunakan kompor yang jauh kebih hemat.
Mereka, menggunakan kompor dengan energi alternatif yaiti Gas metana (CH4), yang dihasilkan dari tumpukan sampah tempat pemprosesan akhir (TPA) Talangagung.
Salah satu warga setempat, Nur Azizah mengatakan bahwa warga biasa memakai kompor gas metana itu untuk memasak makanan sehari-hari.
Nur telah menggunakan kompor itu sejak 2019. Mompor itu, kata dia diberikan gratis oleh pengelola TPA Talangagung.
“Alahamdulilllah,sejak 2019 lalu kami diberikan fasilitas semacam ini oleh pemerintah kabupaten Malang,sangat bermanfaat sekali,” tegasnya saat ditemui jumat (23/09/2022).
Selama ini, Nur mengaku tidak pernah ada kendala signifikan dalam pengguna kompor itu. Hanya saja, saat hujan kompor itu tidak berfungsi.
“Kalau hujan deras tidak bisa menyala. Sebagai antisipasinya, kami menyediakan kompor khusus menggunakan gas elpiji,” jelasnya.
Nur mengatakan, penggunaan kompor dengan bahan bakar gas metana itu tak memakan biaya apapun.”Instalasi maupun iuran per bulannya,” tegasnya.
Sementara itu, kepala bidang pengolaan sampah dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Malang, Renung Rubiyataji mengatakan, sudah sekitar 250 warga yang menerima manfaat kompor alternatif itu.
Ia menceritakan, gas metana itu dihasilkan dari tumpukan sampah TPA Talangagung melalui proses pemurnian.”Gas metana ini dihasilkan dari penanaman pipa plastik kedalam tumpukan sampah TPA Talangagung, kemudian disedot menggunakan Blower,” ungkapnya saat ditemui awak media ini.
Namun, Renung menjelaskan bahwa penyedotan itu tidak hanya menghasilkan kandungan gas metana, tetap juga Hidrogen(H2), Hidrogen Sulfida(H2S), Nitrogen okside(NOX), dan Sulfur Dioksida (SOX).
“Nah, beberapa kandungan itu kami sering menggunakan reaktor pemurnian gas metana, sehingga yang keluar dan distribusi hanya gas metana yang mengalir ke setiap rumah warga tersebut,” ujarnya.
Inovasi itu sudah digagas TPA Talangagung sejak 2019, yang dilakukan secara otodidak oleh pegawai pengelola TPA setempat.
“Gas metana ini berasal dari sampah non organik. Pemanfaatan semacam ini, bagus untuk lingkungan. Sebab, apa bila dibiarkan menguap akan menimbulkan udara tidak sehat dan akan mempengaruhi perubahan iklim,” tuturnya.
Sambung,”Gas metana ini akan mengandung CO2. Sehingga jika dibiarkan lolos, akan mencemari udara,” imbuhnya. (DangTriadi/Malang)